Hal tersebut membuat individu-individu yang tidak memiliki pekerjaan memadati tiap lampu merah sebagai pengamen, peminta-minta, dan berjualan apa adanya. Dampak dari pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap membuat individu-individu tersebut tinggal di bawah jembatan, di taman kota, di pinggir kali/sungai, dll yang dapat membuat suasana Kota Jakarta menjadi kumuh. Karena mereka tidak mampu membayar lebih untuk tinggal di daerah huni semestinya. Pertambahan penduduk secara besar-besaran mengakibatkan berbagai masalah. Seperti kurangnya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan peningkatan kejahatan.
Kepadatan adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative atau politis tertentu, biasanya dinyatakan dalam jiwa/Km2. Adapun rumus untuk menghitung kepadatan penduduk suatu wilayah:
Kepadatan penduduk = jumlah penduduk (jiwa) / Luas wilayah (km2)
Adapula yang dapat menyebabkan kesesakan kota Jakarta, yakni pekerja yang bekerja di Jakarta. Sebagian besar mereka bertempat tinggal di luar Jakarta. Setiap hari kerja individu-individu tersebut meramaikan jalanan jakarta dengan menggunakan sepeda motor, mobil, dan angkutan kota seperti bus yang membuat sesak jakarta di pagi dan petang hari.
Menurut Altman (1975) kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Kepadatan yang tinggi dapat menimbulkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).
Membicarakan kepadatan dan kesesakan di Jakarta tidak akan habisnya apalagi solusi agar individu dari desa berhenti tidak ke Jakarta dan mengurangi kesesakan tiap hari kerja pada pagi dan petang sulit untuk dipecahkan. Pemerintah sendiri telah melakukan berbagai cara namun tidak efektif dan tidak berbuah hasil.
Sumber :
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
- http://psikologikelompok.wordpress.com/2011/03/15/kesesakan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar