Dipenghujung tahun 2009, ditemukan lebih dari 3 kasus bunuh diri dan lebih dari 5 kasus untuk pencobaan bunuh diri. Berbagai macam modus dari aksi bunuh diri ini yaitu dengan cara terjun dari ketinggian. Guru Besar Psikologi Sosial, Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan, tren bunuh diri dengan cara terjun dari ketinggian adalah modus baru. Karena seringnya pemberitaan seperti itu, menjadi suatu inspirasi bagi calon pembunuh diri untuk mencoba aksi bunuh diri dengan cara terjun dari ketinggian.
Biasanya yang melakukan bunuh diri adalah orang dewasa yang berumur sekitar 25-40 tahun, dikarenakan PHK (Pemutus Hubungan Kerja), banyak utang, tidak sanggup membayar kontrakan rumah, tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga, dan lain-lain, hal tersebut dapat membuat stress, hati tak tenang, dan pastinya tidak dapat berfikir secara jernih, namun saat ini beberapa yang melakukan bunuh diri adalah anak remaja yang rentan pada pengendalian emosinya.
Apabila orang yang memiliki mental yang cukup baik, se- stress apapun dapat mengendalikannya mungkin saja tidak dengan cara bunuh diri. Namun sebaliknya, orang yang tidak dapat mengendalikan stress-nya, dapat menyebabkan mentalnya menjadi terganggu dan mungkin menjadi sakit jiwanya atau bahkan dapat melakukan bunuh diri.
Berdasarkan data yang dipaparkan Humas Polda Metro Jaya, kasus bunuh diri dengan cara terjun dari ketinggian, menjadi urutan tertinggi kedua setelah gantung diri, dengan jumlah 7 kasus. Sementara angka gantung diri tercatat 83 kasus pada tahun ini. Kasus terjun diri yang berjumlah 2 kasus pada tahun lalu, tahun ini meningkat menjadi 7 kasus. Pada Januari 2009 terjadi 1 kasus terjun dari gedung, bulan Juli ada 1 kasus; November ada 2 kasus; dan bulan Desember ada 3 kasus. Sementara, modus bunuh diri lainnya terjadi dengan cara meminum racun, memotong nadi, menembak diri, membakar diri, dan menyeburkan diri ke sungai juga masih ada meski tidak setinggi terjun dari gedung tinggi. Data dari WHO terdapat 1500 suicide/hari.
Adapun gejala dari bunuh diri yakni :
♣ Normative crisis,
♣ Depresi,
♣ Kurang komunikasi dengan keluarga atau kerabat terdekat,
♣ Derita penyakit turunan,
♣ Misalkan telah dirawat di Rumah Sakit Jiwa, kurangnya pelayanan perawat
terhadap penderita, dsb.
Penanggulangannya :
Mencari solusi tidak hanya dengan ahli psikologi atau psikiater, namun dapat dengan nyaman melalui sahabat atau orang yang di anggap nyaman untuk meluapkannya keluh kesahnya. Dengan begitu, dapat terselesaikan sedikit permasalahan yang dirasakannya.
Sumber :
..www.topix.com..