Jumat, Oktober 23, 2009

Allport .

1. Pndapat Allport mengenai kodrat manusia !
Jawaban :
Allport lebih optimistis tentang kodrat manusia, ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Pengalaman-pengalaman pribadi kelak tercermin dalam pandangan-pandangan teoritis tentang kodrat kepribadian.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar – kekuatan-kekuatannya tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku tidak ditentukan oleh setan-setan yang jauh dalam mereka.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik masa kanak-kanak. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang dewasa yang neurotis.

2. Perkembangan Proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat.
Jawaban :
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang ”diri” dengan membuang kata itu dan menggantinya dengan membedakan konsep tentang ”diri” dari semua konsep. Yang dimaksudnya adalah proparium atau dengan definisi bentuk sifat ”propriate”.
Proparium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Proparium terdiri dari hal-hal atau proses-proses dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik; Allport menyebutkan ”Saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
 Proparium
Berkembang dari masa bayi sampai adoleseni melalui tujuh tingkat ”diri” yang merupakan prasyarat untuk kepribadian yang sehat.
 ”Diri”
Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proparium – diri jasmaniah .
 Identitas – diri
Pada tingkat dua perkembangan, anak mulai sadar akan indetitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah.Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang ”Saya” atau ”Diri” tetap bertahan dalam mengahadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
 Harga – diri
Tingkat ketiga menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Pada tingkat ini anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, manipulasi dan mengubah lingkungan itu.
Pada usia 2 tahun, anak mulai menentang segala sesuatu yang dikehendaki oleh orang tuanya. Kemudian sekitar usia 6 atau 7 tahun harga diri sang anak timbul dari semangat bersaing dengan kawan-kawan sebayanya.
 Perluasan diri.
Mulai usia 4 tahun, anak sudah menyadari adanya orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa di antaranya adalah milik anak tersebut. Anak mulai berbicara tentang ”Rumahku” atau ”Sekolahku” dan mempelajari arti dan nilai dari milik seperti ”kepunyaanku” meskipun masih terbatas makna dan maksud dari kata ”kepunyaanku”.
 Gambaran diri.
Hal ini menunjukan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah-tingkah laku tertentu menjahui tingkah laku lain.
Dengan mempelajari harapan-harapan orang tua, anak mengembangkan dasar untuk perasaan bertanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.

3. Ciri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport
Jawaban :
a. Perluasan Perasaan Diri
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan. Diri menjadi tertanam dalm aktifitas-aktifitas yang penuh arti dan ini menjadi perluasan perasaan aktivitas diri.
b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami dasar pengalaman-pengalaman manusia.
c. Persepsi Realistis
Orang yang sehat tidak perlu percaya semuanya jahat atau semuanya baik menurut prasangka pribadi terhadap realistis. Mereka menerima realistis sebagaimana adanya.
d. Keamanan Emosional
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulanginya dengan lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.
e. Keterampilan dan Tugas
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematang dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
f. Pemahaman Diri
Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
g. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang ini mempunyai suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, dan ini memberi kontinuitas bafi kepribadian mereka.

4. Perkembangan kepribadian menurut Rogers
Jawaban :
Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orng-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regards yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin menggerahkan energi dan pikiran. Anak harus bekerja keras dengan mengorbankan aktualisasi-diri.

5. Peranan positif Regards dalam kepribadian individu.
Jawaban :
Suatu kebutuhan yang memaksa dimiliki semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive Regards. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain biasanya ibu, tetapi dia akan kecewa kalau menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.

6. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers.
Jawaban :
Rogers menjabarkan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :
a. Keterbukaan pada pengalaman
Mau menerima setiap kekurangan yang ada di dirinya, tetap terbuka dan mau dikoreksi atau di berikan saran dari orang lain.
b. Kehidupan eksistensial
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
d. Perasaan bebas
e. kreativitas.

Sabtu, Oktober 17, 2009

Waria (Wanita Pria)

Wanita-pria atau yang sering disebut waria, bukanlah suatu hal yang aneh dikehidupan kita.
Waria terjadi karena adanya faktor genetika atau adanya kurang berfungsi hormon kepriaan pd tubuh seorang laki-laki.
Kita bisa mencegahnya dari kecil, dan sebagai orangtua harus selalu respek terhadap perkembangan anak anda. Bila anda sebagai orang tua mendapati anak laki-lakinya mengenakan pakaian wanita dari kaka perempuannya begitu sebaliknya atau bertingkah tidak selayaknya anak laki-laki/permpuan, harus dilarang dan bila perlu konsultasikan ke psikologi.
Bila ternyata anak anda telah terindikasikan kelainan seperti wanita menyerupai pria dan begitu sebaliknya, saran dari saya pribadi agar di konsultasikan ke psikilogi atau psikiater untuk menanganinya. Untuk dari moril, orangtua atau kerabat terdekat dan sekitarnya untuk selalu mensupport dan tidak mencelanya karna itu bisa membuat dia menjadi 'hurt' dan akan melampiaskan pada kelaianan'y tersebut dan bahkan hasrat untuk menjadi seperti wanita/pria akan semakin jadi.
Allah SWT telah menciptakan setiap makhluknya wanita dan pria. Jangan kita melanggarnya. syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, jalani hidup ini dengan apa adanya : )
Dan yakinlah, hasrat anda untuk menjadi seperti wanita/pria itu karna dorongan dari hati kecil anda untuk menyayangi dan mencintai sosok wanita/pria .
Jangan karna hal tersebut, merubah anda menjadi kelaianan .
Terima kasih .

Jumat, Oktober 16, 2009

Karokean @ N** .. dengerin n commentin .


Perih - Vierra

L O V E : )

__xxxxxxx
____xxxxxxxxxxx_______xxxxxxxx
___xxxxxxxxxxxxxx___xxxxxxxxxxxxx
___xxxxxxxxxxxxxxx_xxxxxxxxxxxxxxx
___xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
____xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
_____xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
_______xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
_________xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
___________xxxxxxxxxxxxxxx
_____________xxxxxxxxxxx
______________xxxxxxxx
_______________xxxxx
_______________xxx
______________xx
_____________x
___________x
________xx
______xxx
_____xxxx
___xxxxxx
___xxxxxxx
____xxxxxxxx
______xxxxxxxx
________xxxxxxxx
_________xxxxxxx
_________xxxxxxx
________xxxxxx………………FrIeNdShIp
_______xxxxx………………Is Like A Flower;
_____xxxxx………………Growing In Its Glory,
___xxxxx…………………Telling its own story;
__xxx…………………….FrIeNdShIp is Precious,
__xx………………………..Not Only In Shade,
__ x………But In D Sunshine Of Life Thanks For Being My Fren.
May Our FrIeNdShiP Will Everlasting

…@}——..@}—–..@}—–..@}—

Psikoseksual Freud dengan Psikososial Erikson

Tahapan Psikoseksual (Freud)
Freud berpendapat bahwa karakter dibentuk pada masa kanak-kanak, ketika anak-anak berhadapan dengan konflik dibawah sadar antara dorongan bawaan dan tuntutan hidup berbudaya. Konflik ini terjadi dalam lima rangkaian kematangan perkembangan psikoseksual, tempat di mana kenikmatan seksual berpindah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya—dari mulut ke anus lalu ke genital. Di tiap tahapan, sumber utama ada pada pemuasan berubah dari disuapi, eliminasi, dan akhirnya aktivitas seksual.

Berikut adalah lima tahapan dasar perkembangan psikoseksual :

1. Oral (lahir – 12-18bulan), sumber kenikmatan utama bayi berada di mulut.

2. Anal (12-18 bulan – 3 tahun),Kepuasan sensual saat menahan & melepas feces ,toilet training.

3. Phalic (3 tahun – 6 tahun), Zona kepuasan bergeser ke daerah genital

4. Latency (6 tahun – pubertas), Masa tenang di antara tahapan-tahapan sebelumnya

5. Genital (pubertas – kedewasaan), dorongan seksual di salurkan kepada kematangan sekusalitas masa dewasa.


Tahapan Psikososial (Erikson)

Psikososial mencakup delapan tahap spanjang rentang kehidupan. Teori delapan tahap Erikson, sebuah proses perkembangan ego atau diri yang di pengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.

Berikut adalah delapan tahap psikososial :

1. Kepercayaan dasar VS ketidakpercayaan (lahir – 12-18bulan), adanya perasaan nyaman dengan ibunya, aman. Pabila anak merasa tidak aman dan nyaman dengan sekitarnya maka anak akan menjadi ketidakpercayaan.

2. Autonomi VS rasa malu & ragu (12-18bulan – 3tahun), Anak mulai mengembangkan dirinya, namun jika anak tidak mampu untuk mengembangkan dirinya akan timbul rasa malu dan ragu untuk melakukannya.

3. Inisiatif VS Rasa bersalah (3tahun – 6tahun), Anak mulai mau untuk mencoba hal-hal baru dalam hidupnya, tetapi jika dia gagal atau tidak mampu dia akan menjadi rasa bersalah pada dirinya.

4. Industri VS Inferioritas (6tahun – pubertas), Anak mulai melakukan suatu percobaan atau mulai membuat suatu inovasi yang dikembangkan dari pikirannya.

5. Identitas VS kekacauan identitas (pubertas – dewasa awal), Anak beranjak remaja, di mana dalam tahapan ini sudah mulai mencari tau siapa dirinya ? Akan seperti apa diinya ? Namun jika remaja bingung menentukan siapa dirinya akan mengakibatkan kekacauan identitas.

6. Intimasi VS Isolasi (dewasa awal), Individu mulai mencoba untuk membuat suatu komitmen dalam hidupnya, baik komitmen dengan lawan jenis maupun komitmen hidupnya di masa depan. Apabila individu tidak dapat atau tidak sanggupberintimasi menyebabkan indiviu akan tertutup atau memisahkan dirinya dengan orang lain.

7. Produktivitas VS Stagnasi (dewasa tengah), Individu sudah mampu membangun dan membimbing anak-anaknya kelak. Dan juga ,hasil produk atau kerajinan inovasi yang telah dia kerjakan dapat di terima dan mendapatkan suatu reward. Kebalikannya, jika individu tidak berhasil maka akan menyebabkan rasa tidak percaya diri.

8. Integritas ego VS Putus asa (dewasa akhir), Menikmati hasil dari jerih payahnya selama muda, menikati masa tua, menerima suatu saat nanti akan adanya kematian.

KESIMPULANNYA :

Perbedaan dari Psikoseksual dan psikososial yakni :

Psikoseksual membahas tentang di bawah sadar. membahas tahapan-tahapan seksual yang terjadi dari anak baru lahir – anak-anak – hingga dewasa. Tahapan tersebut membentuk suatu perilaku individu.

Psikososial, Erikson menyatakan bahwa perkembangan ego bersifat seumur hidup. Tiap tahap melingkupi apa yang pada awalnya disebut oleh Erikson sebagai ‘krisis’ dalam kepribadian, yaitu tema psikosial utama yang sangat penting pada waktu itu dan, sampai batasan tertentu.

Referensi :

Buku Psikologi Umum I ,Universitas Gunadarma

Diane E. Papalia, et al., Human development, Jakarta : Kencana, 2008

By. Chyntia Harli 10508045

Kesehatan Mental Sang Pemulung Cilik

Di sebuah jalan di Pekayon, Bekasi Selatan terdapat beberapa pemulung yang bertenaga-kerjakan anak-anak (7-12 tahun). Canda tawa, senyum ceria, harus terbayar dengan beratnya beban dengan memungut gelas demi gelas air mineral yang berserakan di jalan-jalan. Entah apa yang terbesit di dalam benak anak itu bila disinggung masalah cita-cita atau keinginan kecil namun tak terwujud. Apakah dia puas menjalankan ini semua ? Mengapa dia tidak memberontak untuk dapat maju mewujudkan keinginannya ? Bagaimana dengan kesehatan mental dia dalam menjalankan pekerjaan tak layak tersebut dan keinginan yang terpendam dalam benaknya ? Saya mencoba untuk memecahkan persoalan yang mengusik pikiran dan keingintahuan baik saya maupun orang lain.

Saya menemukan seorang anak berjenis kelamin laki-laki, berumur 9 tahun atau setara dengan kelas 4 Sekolah Dasar (SD); sebut saja Bakti. Bakti adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya perempuan ikut memungut sampah namun di tempat yang berbeda dengan Bakti. Disebutkan Bakti, ayahnya menyewakan jasa mengantarkan orang demi orang ke tempat tujuan dengan menggunakan motor atau yang biasa disebut ojek. Ibunya mengalami sakit parah dirawat di rumah dengan keadaan rumah yang tak layak tinggal ditambah dengan obat seadanya bahkan Bakti pernah menemukan sebuah obat tablet dan memberikan kepada ibunya dengan harapan agar ibunya membaik, namun Bakti sendiri tak tahu apakah obat tersebut masih layak untuk dikonsumsi.

Bakti mempunyai suatu keinginan sederhana namun belum dapat dia wujudkan. Bakti ingin sekali sekolah seperti dahulu, yang pernah mengenyam di bangku sekolah hanya sampai kelas 2 SD. Begitu miris Bakti mengalah untuk berhenti sekolah karna uang yang telah tersedia untuk kepentingan sekolah dialihkan membayar sewa tanah rumah seharga seratus ribu rupiah sebulan dan membeli obat ibunya. Ibu Bakti mengidap penyakit telah bertahun-tahun lamanya. Namun Bakti dan ayah telah pasrah bilamana nanti ibu akan dipanggil Sang Khalik dari penyakit yang di idapnya. Suatu harapan kecil dari perkataan Bakti, “Aku pengen sekolah, mbak. Biar bisa bantu emak dan bapak biar kaga ditipu orang mulu, mbak.”. Dikarenakan orang tua bakti pernah ditipu karena menandatangani suatu surat yang ternyata isinya adalah penggusuran rumah akibat dari ketidakbisanya orang tua Bakti dalam membaca.

Dalam kesehariannya, hubungan dengan ayahnya sangatlah renggang, ayahnya hampir tidak pernah mengajarkan untuk sholat karna Bakti memeluk agama Islam, Syamsu Yusuf (Dosen UPI) dalam artikelnya yang berjudul ”Mengembangkan kesehatan mental berbasis keluarga” menyatakan bahwa agama memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam merawat dan mendidik anak, agar dalam hidupnya berada dalam jalan yang benar, sehingga terhindar dari malapetaka kehidupan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak (kandungan Alquran, Surat Attahrim:6). Dilihat dari pengertian kesehatan mental, pertama yaitu dalam suatu keluarga harus adanya keberfungsian dalam keluarga; orang tua sangat berpengaruh dalam tiap input yang diterima anak dari lingkungan luar keluarga, seperti internalnya (moralitas, fisik, psikis) dan eksternalnya (social-budaya). Yang kedua, adanya hubungan orang tua – anak. Dalam hal ini, harus adanya peraturan agar anak dapat bersikap seperti usianya, orang tua memberikan penggambaran akibat pabila anak melakukan kesalahan pada masyarakat, dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Namun Bakti dan keluarganya bisa saya katakan bahwa kesehatan mental dalam keluarga tersebut tidak sehat. Bila dibaca dari awal hingga penjelasan-penjelasan yang saya utarakan dalam tulisan ini. Kesehatan mental dilihat dari bagaimana hubungan kedekatan dan timbal-balik orangtua ke anak begitu sebaliknya.

Di tambah lagi dengan kemiskinan dapat membahayakan perkembangan anak melalui pengaruhnya terhadap kondisi esmosional orang tua dan praktik pengasuhan anak dan pada lingkungan rumah yang mereka ciptakan (Brooks-Gunn & Duncan, 1997; Brooks-Gunn et al., 1998). Orang tua yang hidup dalam rumah kumuh (atau tanpa rumah), yang kehilangan pekerjaan mereka cenderung menjadi cemas, tertekan, dan lekas marah. Mereka menjadi kurang mengasihiterhadap anak-anak mereka. Cara pendisiplinannya secara konstan, kasar, & berlebihan. Cenderung mengabaikan perilaku yang baik dan hanya memperhatikan perilaku yang salah. Dampaknya, anak cenderung tertekan, kesulitan bermain bersama teman sebaya, kurang percaya diri, memiliki masalah perilaku, dan terlibat dalam tindakan antisocial (Brooks-Gunn et al., 1998; McLoyd, 1990, 1998; Mistry et al., 2002).

Keluarga yang berada dalam ekonomi sulit memiliki kecenderungan yang lebih rendah dalam mengontrol aktivitas anak-anak mereka, dan kurangnya monitor tersebut berkaitan dengan prestasi sekolah dan penyesuaian social yang lebih buruk (Bolger, Patterson, Thompson, & Kupersmidt, 1995)
Ketika sang ayah merasa gagal bertugas sebagai sumber nafkah, demoralisasinya akan mengalahkan peran keayahannya dan memengaruhi secara negative hubungannya dengan sang anak. (Doherty et al., 1998)

By. Chyntia Harli 10508045
http://amanui.wordpress.com/2007/12/21/kesehatan-mental-anak/

Statistika dalam Psikologi

Mata kuliah statistika dalam fakultas psikologi mempunyai cukup peran untuk mengolah data kualitatif dari suatu penelitian, menurut saya. Dalam pendahuluan statistika pada semester 2 di fakultas psikologi disebutkan beberapa pengenalan dasar statistika untuk psikologi yang disebutkan Bu Suzanna Lamria Siregar yaitu Distribusi Frekuensi, Ukuran statistika, Probabilitas, Distribusi teoritis,Tren sekuler linier, dan Angka indeks.

Salah satunya pengertian dari Distribusi frekuensi adalah Pengelompokkan data dalam beberapa kelas sehingga ciri-ciri penting data tersebut dapat segera terlihat. Frekuensi itu sendiri adalah banyak permunculan data. Distribusi frekuensi suatu materi untuk menghitung banyaknya data dari suatu penelitian/observasi. Terdapat beberapa rumus untuk mendapatkan hasil dari data dalam penelitian. Hasil penghitungannya dapat ditampilkan dalam histogram, diagram balok, dan poligon agar dapat terlihat frekuensinya atau banyaknya data yang telah dihitung.

Dapat dilihat dan dipahami, statistika dalam ilmu psikologi cukup memiliki peran dalam pengolahan data kualitatif dari suatu penelitian/observasi. Untuk mengolah data dan menghitung data dari observasi yang dilakukan dapat menggunakan cara distribusi frekuensi, atau mencari suatu peluang dari materi probabilitas, dan Ukuran statistika untuk mencari mean, modus, median, kuartil, desil, presentil, dlll; begitu dengan materi-materi lainnya dalam statistika. Apabila dipelajari dengan seksama, sungguh sangat bermanfaat untuk kita sebagai mahasiswa/i fakultas psikologi dalam hal mengolah data dari suatu observasi. Sudah mempunyai suatu takaran atau patokan dalam menghitungnya, jadi hasil dari data observasi tidak akan salah terkecuali human error dalam penghitungannya.

Statistika tidak hanya pada mata kuliah ekonomi, Tekhnik informatika saja tapi juga di psikologi dan cukup bermanfaat dalam pengolahan data. Semoga mahasiswa/i fakultas psikologi termasuk saya, dapat mengerti lebih seksama dalam menggunakan rumus-rumus dari mata kuliah statistika dan dosen dapat menjelaskannya dengan baik.

by.Chyntia Harli 10508045 2PA05

Tentang Chy

Foto saya
Chyntia Harli Berjilbab Kelahiran 1990 & Ship Kuda @ChynHrl Facebook.com/chyntia.harl